Penyakit yang Sering Menyerang Anak di Musim Pancaroba

Musim hujan tak hanya membuat jalanan macet dan banjir di mana-mana, tapi juga menjadi ancaman untuk penyakit-penyakit tertentu.

Begitu pula ketika suhu tubuh menghadapi musim pancaroba. Saat pancaroba, tak hanya debu atau banjir yang membuat pusing, penyakit tropik pun berdatangan.

Nah, agar lebih waspada akan penyakit-penyakit di musim pancaroba, dr. Adji Suranto SpA., dari RS Usada Insani Tangerang, memaparkan penyakit-penyakit tersebut dan cara mencegahnya.

1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

Pada saat peralihan musim penghujan ke musim kemarau, keluhan ISPA bisa mendadak marak sekali. Mulai dari rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsillitis, hingga laringitis. Umumnya gejala ISPA dapat berupa demam, batuk, pilek atau bersin maupun sakit tenggorokan.

Menurut dr.Adji, maraknya kasus ISPA di awal musim kemarau memang mengikuti perubahan lingkungan yang merupakan sarana kondusif bagi kuman penyebab ISPA untuk memperbanyak diri. Selain ISPA, penyakit alergi seperti asma atau rhinitis juga sering muncul.

Pada peralihan musim penghujan ke musim kemarau yang berudara dingin dan kering serta banyak debu juga bisa memicu asma kambuh.

2. Diare

Tingginya volume curah hujan penyebab banjir, kencangnya angin penyebab debu beterbangan, membuat risiko tercemarnya makanan dan minuman oleh kuman penyebab diare kian meningkat.

"Apalagi kalau air yang digunakan untuk mencuci peralatan makan kurang higienis, tentu membuat kuman mudah masuk ke tubuh kita," ungkap Adji.

Infeksi bakteri, parasit, dan virus pada saluran pencernaan yang masuk lewat makanan dan minuman ini kerap diidap anak dan balita karena sistem kekebalan tubuh yang belum optimal.

Harus diingat, kita tak bisa meremehkan diare. Bila anak mengalami buang air besar yang terlampau cair terus-menerus, sebaiknya perhatikan konsumsi cairan anak. Anak harus minum cukup agar tak dehidrasi, bisa juga dengan memberi cairan oralit untuk menstabilkan elektrolit tubuh.

3. Flu    

Flu umumnya diawali dengan gejala demam, batuk pilek, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, dan kelelahan. Flu dapat ditularkan lewat droplet dari batuk atau bersin orang yang menderita flu, serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi virus influenza.

Maka, ingat untuk tidak sering-sering menyentuh daerah mulut dan hidung pada musim tersebut.

Kabar baiknya, virus ini dapat dilemahkan dan ditekan risiko penularannya oleh sinar matahari, sabun, dan desinfektan.

4. Disentri

Gejala utamanya disentri berupa diare, namun bisa juga BAB disertai lendir atau darah. Tubuh pun biasanya merasa demam. Disentri dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella, E.coli, Salmonella dan Campylobacter jejuni.

Pada anak balita, disentri dapat disebabkan infeksi protozoa parasit. Ketika musim hujan datang, disentri mudah menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi sehingga perlu mendapatkan penanganan dokter sesegera mungkin

5. Batuk

Batuk merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang ada di saluran pernapasan atas. Penyebabnya bisa berupa flu atau ISPA yang menyebabkan adanya lendir atau radang di saluran pernapasan.

Saat musim hujan, virus flu dan kuman penyebab ISPA banyak berkembang biak. Sehingga batuk pun semakin menjadi.

Penanganan batuk bisa dilakukan dari penegakan diagnosis penyebab batuk, baru dilanjutkan pengobatan yang sesuai dengan penderita.

6. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Saat musim hujan, demam berdarah dengue bisa jadi mewabah kembali karena saat inilah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti meningkat.

Sampah berupa wadah-wadah bekas (kaleng, stoples, dan kemasan makan lain) bisa terisi air hujan dan menjadi genanga air, yang kemudian dijadikan tempat berkembang biak nyamuk tersebut.

Dengan populasi nyamuk penular penyakit yang meningkat, maka otomatis risiko penularan juga semakin meningkat.

Di awal infeksi, orang yang menderita DBD akan mengalami demam disertai sakit kepala, sakit perut, dan nyeri sendi mirip dengan gejala flu. Namun bila sudah berjalan beberapa hari, kondisi tubuh penderita biasanya semakin lemah.

Dapat muncul perdarahan spontan pada kulit berupa bintik-bintik merah (disebut petekhie), mimisan, perdarahan gusi dan lain-lain.

Pada hari ke-3 demam, umumnya akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis. Bila menderita gejala seperti demam tinggi mendadak disertai sakit kepala, sakit perut, dan keluhan tersebut tak berubah setelah minum obat penurun panas, sebaiknya Anda segera ke dokter.

7. Tifus dan Paratifus

Kuman pemicu tifus banyak berada dalam tanah dan air kotor yang tergenang. Ia juga dapat berpindah ke makanan atau minuman, hingga masuk ke dalam saluran pencernaan. Bila sampai ke saluran pencernaan, kuman ini bisa menjadi penyebab radang usus halus, menimbulkan demam tinggi, tubuh terasa menggigil, lemah, letih, dan sakit perut disertai mual-muntah.

Diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosisnya. Bila positif, sebaiknya segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara tepat agar tak terjadi komplikasi penyakit dan berakibat fatal.

Foto: Runningcreek.biz