Si Kecil Trauma Makan Mungkinkah?

Anak sulit makan mungkin merupakan masalah yang paling sering dikeluhkan oleh para orangtua. Solusi cepat  yang umum diambil untuk mengatasinya  adalah dengan cara pemaksaan. “Daripada anak sakit karena enggak mau makan,  ya... lebih baik dipaksa saja.”  Bukan begitu alasan yang kerap kita berikan?

Sayangnya Bun, pemaksaan makan bisa memberi dampak buruk pada anak. Berat ringannya dampak  tersebut memang sangat bervariasi, bergantung  pada bagaimana pemaksaan itu dilakukan dan kepribadian anak.  Namun, pada beberapa kasus, ada anak yang mengalami fobia makan.

Begitu melihat nasi,  misalnya ia langsung muntah-muntah. Dulunya anak ini ternyata sering  dicekoki nasi oleh pengasuh atau  ibunya.  Pada kasus yang  lebih berat, beberapa anak sampai mengalami trauma. Gejalanya, selain menolak makanan, si kecil sering mengigau di malam hari, dan menjadi lebih rewel. Kondisi ini umumnya memerlukan penanganan ahli, seperti psikolog.

Solusi Untuk Anak Sulit Makan

Lalu bagaimana solusi tepat untuk anak yang sulit makan? Saran ahli amat beragam. Beberapa pakar, misalnya, percaya bahwa makan adalah kebutuhan biologis, jadi saat anak lapar, tanpa dipaksa pun, sebenarnya ia akan minta makan dengan sendirinya.  Atau Bunda mungkin sering mendengar bahwa agar anak mau makan,  kita perlu selalu menciptakan suasana makan yang menyenangkan. Ini berarti segala bentuk pemaksaan harus dihindari.

Kalaupun anak menolak makan, sikapi dengan bijak. Tak perlu menunjukkan wajah serta bahasa tubuh yang menggambarkan rasa cemas. “Kehebohan” kita  saat memohon-mohon anak untuk makan, biasanya malah memicu si kecil semakin jual mahal. Jadi, berusahalah tetap tenang. Total waktu untuk makan adalah 1/2 jam, bila dalam waktu itu makanannya tidak juga habis, dengan tenang katakan bahwa makanan akan disingkirkan.

Terkait anak yang sulit makan ini,  dokter anak terkenal dari Amerika, William Sears, meyakinkan orangtua,  selama anak tumbuh dan bertambah berat badannya, kita bisa yakin bahwa anak  sudah cukup makan. Jika masih khawatir, mintalah dokter anak  untuk memeriksa grafik pertumbuhan si kecil.