Mengenal Gangguan Sensorik pada Anak

Gangguan sensorik atau istilah lengkapnya Sensory Processing Disorder (SPD) atau Gangguan Proses Sensoris merupakan suatu kondisi yang disebabkan sinyal sensorik ke otak tidak ditafsirkan dengan respons yang tepat, malah cenderung ekstrem dan tidak wajar. Anak-anak dengan gangguan ini kadang-kadang bereaksi atau bertindak berlebihan sebagai respons atas sentuhan, suara, atau tekstur makanan.
 
Normalnya, ketika anak ditepuk pundaknya, sistem sarafnya menginformasikan pada otak bahwa ia menerima tepukan ringan. Namun pada anak dengan SPD, pesan itu bisa diterjemahkan dengan salah, lalu anak mungkin akan merasa dipukul dengan keras. Atau, pesannya mungkin malah benar-benar hilang, sehingga dia tidak sadar bahwa ia baru saja ditepuk, demikian menurut Lucy Jane Miller, PhD, pendiri STAR Center, sebuah pusat penelitian dan terapi SPD di Greenwood Village, Colorado.

Kebanyakan anak penyandang SPD memiliki kombinasi dari dua respons tersebut, dan perilaku yang tidak konsisten ini menjadi ciri khas dari gangguan tersebut, tambah Lindsey Biel, praktisi terapi okupasi  di New York City dan penulis buku Raising a Sensory Smart Child. Anak seringkali menjadi frustrasi karena menerima pesan yang membingungkan ini, sementara reaksinya yang tidak terduga juga akan membingungkan orangtua.
Gangguan sensorik pada anak bisa dikurangi bahkan diatasi dengan terapi yang tepat. Kuncinya, jangan panik, tenang, dan kalau perlu minta bantuan terapis yang mengerti hambatan si kecil. Orangtua biasanya akan dirujuk oleh psikolog atau dokter spesialis anak yang mendalami subspesialisasi saraf kepada pakar terapi untuk menentukan program latihan yang sesuai.
 
Umumnya, sesi terapi juga ditujukan bagi para orangtua agar dapat membantu anak mengatasi gangguan sensoriknya lewat aktivitas-aktivitas yang belum dikuasai dengan baik. Orangtua juga bisa membantu anak untuk terbiasa menerima hal-hal yang belum bisa ditoleransi olehnya.
 
Terapi untuk mengatasi gangguan sensorik pada anak disebut sebagai terapi sensory integration. Tujuannya adalah memberikan tantangan dengan cara bermain yang menyenangkan, sehingga di situ anak dapat belajar merespons secara tepat setiap tantangan yang muncul.  Dalam terapi ini pun anak akan dibantu mengembangkan intelektualitas, kemampuan bersosialisasi, mengekspresikan emosi, dan meningkatkan harga diri.

Kuncinya adalah deteksi dini. Orangtua harus lebih jeli dalam mengenali gangguan sensorik pada anak, agar bisa mencarikan bantuan sedini mungkin dan meminimalisir gangguan yang dihadapi. Salah satunya,mencurigai apakah kebiasaan berjalan sambil jinjit pada anak disebabkan autisme atau gangguan sensorik.
Apabila gangguan sensorik ini diikuti dengan gangguan kesehatan yang lain, si kecil harus dikonsultasikan pada dokter spesialis anak secara teratur untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
 
FOTO: MOM.ME