Cara Menghadapi Generasi Z yang Sangat Melek Teknologi

Generasi Z adalah anak-anak yang terlahir mulai 1990 atau sesudah 1994 yang hidup di masa digital. Menurut pakar pendidikan Satrianawati, SPd, MPd, Generasi Z disebut juga Generasi Milenium. Belum diketahui pasti pencetus istilah ini. Karakter yang menonjol pada generasi Z, yaitu suka tantangan. "Generasi Z di manapun berada memiliki karakter yang sama, yakni kehidupannya selalu terlibat dengan teknologi dan kurang beraktivitas yang melibatkan orang lain secara langsung," papar lulusan S2 Universitas Negeri Yogyakarta ini. Kehidupan sehari-hari anak generasi Z biasanya menggunakan earphone atau mobile phone yang menempel di telinganya baik di rumah, perjalanan, maupun tempat umum. Anak Generasi Z tidak lagi terlibat secara fisik dengan orang lain, tetapi lebih banyak melalui dunia maya. Karena itu, sebelum berupaya menghadapi generasi Z yang sangat melek teknologi, ada baiknya pahami nilai plus minus untuk generasi Z ini.

Nilai plus gen Z:
Ketika dihadapkan dengan teknologi, mereka tak perlu diajari. "Generasi Z dengan sendirinya akan berusaha menguasai apa yang dibutuhkan atau apa yang harus dilakukan untuk tahu dan mampu mengaplikasikan suatu teknologi. Pasalnya, sikap ingin tahu generasi Z sangat tinggi," ujar Satrianawati. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, generasi Z lebih cepat menyelesaikannya.

Nilai minus gen Z:
Anak Generasi Z terlalu percaya diri, sehingga selalu mengutamakan ego dalam menyelesaikan masalah. Mereka juga tidak sabaran, cenderung menyelesaikan masalah menggunakan cara-cara instan.
Mereka kurang terampil berkomunikasi verbal, sehingga sulit membedakan antara realitas nyata dan maya. Mereka juga cuek dengan lingkungan sekitar karena sibuk dengan dunia digital.

Memahami Generasi Z
Sebagai orangtua yang hendak menghadapi generasi Z yang sangat melek teknologi, pahami bahwa peran mendampingi, mengasuh, dan mendidik anak di era saat ini, sangat penuh tantangan. Nah, karena generasi Z erat kaitannya dengan dunia teknologi, orangtua perlu melakukan beberapa hal, yaitu:

  1. Awasi anak dalam penggunaan internet, sampaikan apa situs yang boleh dan tak boleh dibuka. Minta anak menceritakan apa saja yang dilakukan saat menggunakan internet.
  2. Beri contoh orang-orang yang menggunakan internet dengan baik. Misal, penjual online, penulis blog, atau orang yang sukses bekerja dengan menggunakan internet. Juga beritahu orang yang menggunakan internet dengan tidak baik. Misal, judi, penipuan, dan kejahatan lain yang dilakukan secara online. Sehingga anak mendapat gambaran tepat dalam menggunakan teknologi.
  3. Beri arahan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gadget. Kebanyakan bermain gadget  membuat anak kurang berolahraga, lebih asyik dengan media sosial, dan sebagainya. Padahal olahraga dapat meningkatkan kualitas tidur, berpikir, dan konsentrasi jadi lebih baik.
  4. Beri teladan dalam tindakan sederhana. Contoh, kita harus berani meletakkan gadget ketika di rumah. Anak diberi gadget dengan waktu yang ditentukan, misal, hanya pada Minggu dengan waktu dibatasi. Anak secara tak langsung dipaksa mencari aktivitas lain di luar gadget.
  5. Anak-anak diajarkan untuk menyadari tempat tinggal mereka. Apa yang harus dilakukan dalam pergaulan sehari-hari. Perlu menanamkan cinta, peduli dengan tempat tinggal sendiri atau lingkungan sekitar, tanpa mengurangi kepedulian pada orang lain.
  6. Batasi anak nonton televisi. Awasi apa yang ditonton karena anak belum bisa selektif memilih tayangan yang sesuai dengan usianya.

FOTO: GENERASIZ.JPG – EXPRESS.CO.UK