Stimulasi Bermain Cermin

Melalui permainan ini, orangtua bisa mengenalkan anggota tubuh dan konsep emosi pada anak.

Mirror on the wall, who is the fairest one of all? Itulah salah satu cuplikan dialog di film anak Snow White and the Seven Dwarfs. Ya anak-anak pasti suka dengan cermin, mereka pun senang bermain cermin. Nah, aktivitas bermain cermin bisa dijadikan sarana untuk mengajarkan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan pengenalan emosi. Si batita jadi tahu, apa yang disebut dengan ekspresi senang dan gembira lewat bayangan dirinya yang sedang tertawa, tersenyum, atau kegirangan. “Duh, yang lagi senang, giginya sampai terlihat." Juga ekspresi sedih dan kecewa, “Lo kok bibirnya manyun dan cemberut begitu, lagi marah ya?"

Selain mengenalkan aneka emosi, orangtua juga bisa mengajak si kecil bermain dengan cermin di hadapannya. Lakukan senam wajah untuk membentuk aneka mimik lucu. Biar semakin lucu, tak ada salahnya orangtua berkreasi dengan wajah seperti membuat kumis dengan pewarna kulit, pensil, atau lipstik, membuat bulatan merah di hidung sehingga tampak seperti badut, dan sebagainya.  Anak pasti senang melihatnya.

Kenalkan juga anggota tubuh pada anak, misal, "Tangan kanannya mana. Terus kalau yang kiri mana, Dek?" Lalu, "Coba kedipin matanya!" atau "Julurkan lidahnya kayak sapi."

Meski bermanfaat karena mengajarkan banyak hal, anak sebaiknya tidak berlama-lama bermain dengan cemin serta bayangannya. Sebab, dikhawatirkan ia akan menganggap bayangannya sebagai teman. Akhirnya, ia lebih senang bermain cermin dan enggan bersosialisasi. Untuk itu, perkuat kemampuan sosialisasi anak dengan mengajak teman-teman sebayanya bermain ke rumah. Atau perbanyak mengajak si kecil bermain ke rumah saudara atau kerabat yang punya teman sebaya.

ARTIKEL TERKAIT