Mengatasi Rasa Takut Pada Anak

"Bunda, aku takut, ada monster di kamarku!"  Mungkin perkataan seperti ini pernah Bunda dengar dari si Kecil. Merasa takut, sama halnya dengan perasaan lainnya, adalah hal yang wajar bagi anak. Banyak hal baru di sekelilingnya yang sedang mereka pelajari dan sebagian di antaranya masih terasa asing. Di usia balita anak juga masih belum bisa memisahkan sama sekali antara khayalan dan kenyataan. 
Jadi, kalau ia menganggap ada monster mengintip di balik jendela, sesuatu yang bersuara di kolong tempat tidur atau makhluk tak terlihat di kamar mandi, jangan remehkan ketakutannya atau menertawakan hal itu. Yang paling penting adalah Bunda membekali anak bagaimana mengatasi rasa takutnya itu saat ia mengalaminya atau kelak bila ia mengalaminya tanpa kehadiran orangtua atau orang terdekat lainnya. Bagaimana caranya?

• Katakan pada anak bahwa rasa takut memang nyata. Bukan cuma anak-anak, orang dewasa pun mengalaminya. Tetapi orang dewasa biasanya takut pada hal-hal yang berbeda. Sedang anak-anak sering takut pada hal-hal yang sebetulnya khayalan. Pemahaman ini penting bagi anak agar ia tahu bahwa ketakutan itu harus beralasan alias masuk akal.

• Jangan memaksa anak untuk segera bisa mengatasinya. Beri ia cukup waktu untuk beradaptasi pada situasi atau obyek yang membuatnya takut. Bersikaplah santai, jangan terlalu menggebu-gebu. Semangat Bunda yang berlebihan justru akan membuat anak sadar bahwa rasa takut itu merupakan hal yang tidak biasa.

• Hindari jadi contoh yang salah bagi anak. Teliti diri Anda (atau orang dewasa lain di rumah) apakah sering menunjukkan reaksi takut terhadap sesuatu di depan anak? Bila ini yang terjadi, Bunda perlu segera menghentikan kebiasaan itu. Ibarat pepatah, "guru kencing berdiri, murid kencing berlari", rasa takut juga tumbuh karena anak melihat contoh. Sebaliknya, kalau anak melihat bahwa Bunda mampu mengatasi rasa takut dengan tenang, anak pun akan berbuat serupa itu.

• Jangan menertawakan ketakutannya. Terlalu serius dan bersemangat dalam menangani ketakutan anak tidaklah dianjurkan. Tetapi meremehkannya juga sama buruknya. Karena pada dasarnya saat mengalami takut, bagaimanapun juga anak sungguh-sungguh merasa ancaman yang nyata, yang perlu segera diatasi, bukan ditertawakan.

• Kuatkan diri (ego) anak. Jangan melecehkan, mencemooh atau menghina anak saat ia takut. Katakan dengan mantap tetapi menenangkan bahwa, misalnya, ia tidak perlu takut ditinggal sendirian sebentar saja. Bunda atau si Mbak pasti akan kembali, dan seterusnya. Dengan teratasinya rasa takut maka anak juga akan beroleh bonus kepercayaan diri.

Menangani rasa takut anak dengan cara yang tepat akan membuat anak lebih ceria dalam menghadapi kesehariannya dan mengenal dunia apa adanya. Menyenangkan bukan?