Sejak usia 2 tahun, balita sudah mulai mengembangkan daya imajinasinya. Saking banyak dan kreatifnya, terkadang imajinasinya membuat Ayah dan Bunda bertanya-tanya, benarkah nyata atau cuma khayalan belaka. Bagaimana menyikapinya?
Dengarkan dan beri respon positif
Saat anak menceritakan imajinasinya, ia membutuhkan orang untuk mendengarnya tanpa ada tuduhan negatif. Misalnya, tiba-tiba ia mendatangi Bunda dengan antusias bercerita kalau melihat Superman sedang terbang melewati jendela kamarnya. Jangan segera mengatakan kalau itu tidak benar. Minta ia mengantarkan ke mana ia melihatnya, dan katakan kalau Bunda tak ingin melewatkan momen hebat ini.
Jangan membesar-besarkan ceritanya
Respon positif bukan berarti mendramatisir, lho, Bunda. Nanti anak malah terjerumus ke dalam khayalannya tersebut. Misalnya dengan membumbui ceritanya makin menjadi tak masuk akal. Seperti cerita Superman tadi, jangan memberikan harapan, seperti "Kayaknya nanti lewat lagi, deh. Kan, ingin main sama kakak".
Menetapkan aturan main
Jika anak menggunakan barang-barang properti rumah, pastikan anak mengembalikan kembali barang-barang tersebut sesuai fungsinya. Misalnya peralatan dapur seperti panci atau spatula yang digunakan main perang-perangan dengan guling yang dalam imajinasinya adalah seorang penyihir.
Jika memiliki teman imajinasi
Tak perlu khawatir kalau anak mengaku memiliki teman imajinasi. Selama sebatas teman bermain, Bunda santai saja. Malah Bunda bisa menggunakan teman imajinasinya untuk mengajarinya sesuatu yang baik. Misalnya, ia datang pada Bunda dan bercerita kalau teman imajinasinya lah yang membuat berantakan mainannya. Tanggapi dengan bilang kalau boleh saja bikin berantakan tapi nanti dirapikan kembali bersama-sama.
Jika khayalannya membuat takut
Saat ia mengatakan kalau takut sendirian di kamar karena ada monsternya, tenangkan dia dan alihkan ketakutannya pada hal yang menyenangkan. Katakan kalau monster itu mirip kelinci karena memiliki kuping yang panjang. Anak pun jadi mengubah imajinasi monsternya menjadi tidak menakutkan lagi. Jangan biarkan khayalan yang menakutkan berlarut-larut. Hindari juga menceritakan hal-hal seram padanya agar ia tak kembali berimajinasi menyeramkan.