Buah memang baik untuk anak, karena berdasar penelitian, sekitar 50 persen anak balita di Indonesia masih kekurangan vitamin A, selain zat besi, dan seng. Nah, dengan pemberian buah, kekurangan vitamin dan mineral pada anak dapat dikurangi.
Vitamin dan mineral banyak terdapat pada buah-buahan yang berwarna, jelas dr. Dini Latief, MSc. Terutama buah yang berwarna merah atau kuning tua. Semakin berwarna merah, semakin bagus. Jadi, prinsipnya, para ibu dianjurkan untuk memilih buah-buahan yang berwarna untuk makanan tambahan bayi.
Selain itu, berikan buah secara beragam."Jangan pepaya setiap hari. Anak bisa bosan. Buah yang beragam juga dimaksudkan agar anak terbiasa makan macam-macam makanan sejak kecil di samping dapat menutupi kekurangan vitamin," kata Direktur Bina Gizi Masyarakat Depkes RI dan Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) ini.
Misalnya, anak diberi pepaya dengan pertimbangan banyak mengandung vitamin A. Nah jika si kecil juga diberi jus nanas, berarti ia pun mendapat vitamin C yang juga bermanfaat. "Dengan begitu, masing-masing buah saling melengkapi."
Kendati pada prinsipnya hampir semua buah dapat diberikan pada anak, pemberiannya tetap harus memperhatikan masalah tahapan usia. Di usia enam bulan, misalnya, sebaiknya berikan buah yang dicairkan terlebih dulu. Untuk pepaya, misalnya, pilih yang matang dan haluskan dulu.
"Setelah itu, campur dengan banyak air, sampai betul-betul cair. Patokannya, kalau dituang tidak bisa mengalir, berarti masih terlalu kental," katanya.
Jika setelah seminggu diberikan ternyata tak ada masalah pada pencernaan anak, semisal tak muntah dan BAB-nya normal, berarti usus bayi sudah bisa menerima makanan tersebut, sehingga bisa diberikan secara rutin. Setelah normal, seminggu kemudian bisa coba ditambah lagi kepadatannya.
Yang juga harus dipahami, tahapan kemampuan mencerna makanan pada bayi berbeda-beda.
"Yang tahu hanya ibunya. Kalau dikasih makan yang agak kental dia muntah atau buang air atau tidak. Kalau ternyata muntah atau buang air, pertanda kemampuan mencernanya belum baik. Umumnya, bayi kalau diberi makanan yang terlalu keras akan mencret. Kalau demikian halnya, lebih baik berikan lagi bentuk makanan awal, yaitu yang lebih encer."
Memang, lanjut Dini, bayi mencret bukan hanya karena salah makan. Bisa saja karena makanannya kurang higienis. Misalnya, tak bersih saat menyiapkannya. "Apalagi di negara kita masih banyak infeksi. Jadi, kalau tercemar oleh kuman sedikit saja, masuk ke usus dan terjadi mencret."
Ini pula yang menjadi alasan kenapa sampai usia enam bulan bayi tak boleh diberi makanan atau air, kecuali ASI. Air tentunya harus diberikan dengan sendok dan cangkir yang mungkin saja tak bersih.