Menangani Balita Tantrum

Ulah anak-anak ada kalanya membuat kita jengkel. Apalagi ketika anak balita Anda sudah mulai tantrum. Tantrum biasa dikenal dengan istilah mengamuk atau meluapkan kemarahan dengan amat sangat besar.

Contohnya, saat anak mengamuk sampai berguling-guling di pusat perbelanjaan atau menangis dengan berteriak. Saat anak tantrum, biasanya emosi Anda sebagai orangtua pun turut terpancing.

Sebelum Anda benar-benar tersulut dengan ulah anak, pahami dulu apa arti di balik tantrum yang dilakukan buah hati Anda, serta bagaimana cara terbaik menanganinya, seperti diungkapkan William Sears, MD and Martha Sears di www.askdrsears.com.

1. Jangan terpancing sikap manipulatif

Kategori pertama dari tantrum yang ditunjukkan oleh balita berusia 2 – 5 tahun adalah amukan manipulatif. Tantrum jenis ini dicirikan dengan perilaku menjengkelkan seperti menangis meraung-raung atau guling-guling di lantai.

Hal ini ia lakukan dengan harapan apa yang ia inginkan akan dikabulkan. Dengan kata lain, anak menggunakan “amukan” sebagai alat untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Saat ia tantrum, sebenarnya ia tak benar-benar marah atau kecewa.

Jadi, bila Anda berencana menghentikan amukan Si Kecil dengan mengabulkan apa yang ia inginkan, sebaiknya tunda rencana tersebut. Bila terbiasa dituruti, ia akan tumbuh sebagai anak manipulatif.

2. Pahami kekesalan anak

Sedangkan kategori lain dari temper tantrum  balita usia 2 – 5 tahun adalah amukan yang merupakan ekspresi kekesalan Si Kecil.

Biasanya, amukan terjadi ketika anak merasa tak bisa melakukan atau mendapat sesuatu seperti keinginannya. Amukan ini kerap ditandai dengan melempar barang yang berada di dekatnya sembari menjerit.

Misalnya, Si Kecil tengah memakai sepatu sendiri lalu kesulitan mengenakannya. Tiba-tiba anak melempar sepatu menangis. Segera dekati dan tanya, apakah ia kesulitan dalam mengikat tali sepatunya dan bolehkah Anda membantu?

3. Tetapkan aturan dasar

Saat menghadapi anak tantrum, kuncinya adalah jangan terpancing dengan suasana. Memang, anak yang mengamuk kadang membuat emosi terpancing dan hampir meledak. Tapi yang harus Anda lakukan adalah menjaga sikap dan intonasi suara agar tetap tenang.

Ketika anak terus berteriak, katakan, "Ayo bicara yang baik sama mama..." atau pergilah ke ruang lain sembari berkata "Kalau sudah bisa bicara yang baik, mama akan ajak kamu bermain..."

Setelah Si Kecil menyadari jika amarah mereka tak mempan, sikapnya akan melunak dengan sendirinya. Lagi pula, lambat laun ia akan kelelahan.

4. Tunjukkan empati

Ketika emosi anak meledak, tanyakan dalam benak sendiri, "Jika saya berada di posisi Si Kecil, apakah yang saya ingin agar ibu saya lakukan?"

Empati yang Anda upayakan ini akan menjadi usaha yang tepat untuk mendapatkan respons positif dari Si Kecil. Pasalnya, ujar Martha Sears, anak yang tengah mengamuk sebenarnya butuh respons positif dari orang dewasa yang masih memegang kendali.

5. Time out

Jika tantrum terjadi di tempat umum seperti supermarket, ajak Si Kecil menyingkir dengan membawanya ke mobil. Di sana, suguhi anak alunan musik dan beri kata-kata yang menenangkan.

“Sikap Anda akan memberinya dua pesan: amukan tak akan memberikan apa yang diinginkan dan ibunya akan menolong dirinya mengatasi kekesalan tersebut,” terang William.

Memang, beberapa anak juga ada yang bersikeras tak melepaskan kebiasaan menjerit dan berteriak saat melempar tantrum. Coba atasi dengan aturan "hanya boleh berteriak di luar ruangan".

Jadi, saat anak mulai berteriak, ajak anak keluar dan biarkan ia melakukannya di luar rumah.

FOTO: BABYCENTRE.COM