Yuk Tumbuhkan Sikap Optimis Pada Anak

Salah satu hal yang paling penting untuk dipelihara pada diri anak adalah optimisme. Anak yang optimis unggul dalam menghadapi tantangan dan jauh dari "depresi". Optimisme tidak didapat  secara genetika, tapi diajarkan melalui pengalaman.
Richard Rende, profesor psikiatri dan perilaku manusia di Brown Medical School and Butler Hospital mengatakan, inti dari optimisme adalah memahami realitas situasi dan fokus pada hal-hal yang dapat dilakukan untuk membantu membuat segalanya lebih baik.

  1. Biasakan Anak untuk Bersyukur
    Penelitian yang dilakukan menyimpulkan, sikap penuh syukur diciptakan dan dipupuk dari hubungan yang penuh kasih. Ketika orangtua selalu memenuhi kebutuhan dan keingintahuan anak, secara perlahan anak akan menumbuhkan sikap selalu bersyukur.
    Dalam buku Making Grateful Kids, penulis Jeffrey Froh dan Giacomo Bono menyampaikan bahwa salah satu cara mendorong rasa syukur pada anak adalah menghargai kebaikan seseorang, atau menyadari hal-hal baik  di sekitar mereka.
    Jika diajarkan bersyukur sejak kecil, anak-anak usia 11-13 akan menjadi lebih bahagia dan lebih optimis, memiliki dukungan sosial yang lebih baik, lebih puas dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan keluarga, teman-teman, dan diri mereka sendiri. Mereka juga mampu memberikan dukungan emosional pada orang lain. Sedangkan remaja usia 14-19 tahun menjadi lebih puas dengan kehidupan mereka, lebih terlibat dengan kegiatan di sekolah dan hobi mereka, memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi, dan tidak mudah iri hati, depresi, atau materialistis.
     
  2. Membangkitkan Antusiasme
    Hal-hal kecil yang seperti mengomentari cara anak berpakaian atau makan, dapat menurunkan energi anak dan membuat membuat mereka menjalankan tugas-tugasnya sebagai beban. Bangkitkan antusiasme anak dengan bercerita rencana Anda hari itu, atau siapa yang Anda lihat. Picu kegembiraan mereka dengan hal-hal sederhana seperti mainan yang dibuat sendiri.
     
  3. Mencegah Kebosanan
    Anak-anak dilahirkan untuk bermain, menciptakan sesuatu, dan merasakan kepuasan. Dunia mereka adalah dunia bermain, dan mereka ingin selalu bersenang-senang. Semangat  anak akan tetap tinggi jika orangtua terlibat dengan kegiatan mereka, demikian menurut Patty Whipfler, pendiri dan pelatih di HandinHand Parenting. Mereka akan tenang ketika kita mengawasi mereka, dan memahami apa yang mereka inginkan. Anak bergantung pada perhatian dan kepedulian kita mengenai ide kegiatan yang bisa mereka lakukan selanjutnya, dan siapa yang bisa mereka ajak bermain. "Jadi 'obatnya' bukan pada daftar kegiatan yang Anda susun untuk anak. Bukan dorongan Anda agar anak tidak bosan lagi. Melainkan perhatian Anda yang hangat," jelas Whipfler.
     
  4. Boleh Berbuat Kesalahan
    Anak akan mendapat pelajaran penting ketika membuat kesalahan, dan menjadi percaya diri ketika memulihkan diri dari kesalahan tersebut. Bagian penting dari kecerdasan emosional adalah mengetahui apa yang harus dilakukan setelah mereka membuat kesalahan. Anak sebenarnya tidak akan takut dengan akibat dari perbuatannya. Menurut psikolog Dr Randy Cale, respons orangtua lah, entah itu sedih atau marah, lalu berusaha mengoreksi perbuatan anak, yang membuat anak takut mencoba lagi. "Kalau Anda membiarkan anak memproses emosinya saat terjadi kesalahan, Anda tak perlu mengatakan atau melakukan sesuatu apa pun lagi," jelasnya.