Mengajarakan Disiplin Sesuai Tahapan Usia Anak

Mengajarkan anak untuk disiplin sudah harus dilakukan sejak usia awal. Beda tahapan usia, berbeda pula cara yang tepat untuk mengajarkan anak untuk disiplin. Untuk Bunda dengan anak dengan kelompok usia pra sekolah (3-5 tahun) dan usia sekolah (5-12 tahun), ini strateginya dalam mengajarkan anak untuk disiplin.

Usia Pra Sekolah
Pada tahapan usia ini, si Kecil sudah memiliki kesadaran tentang dirinya. Ia merasa lebih independen dan ingin melakukan sendiri segala sesuatunya. Tak heran jika ia sudah mulai bisa menyampaikan apa kemauannya. Selain itu, rasa ingin tahunya sangat tinggi. Ia juga senang mengeksplorasi dunia di sekitarnya, senang berteman dan bermain.

Strategi disiplin:

  • Berikan tugas-tugas sederhana yang bisa si Kecil lakukan secara rutin. Misalnya, merapikan mainan setelah digunakan bermain. Tak perlu marah jika ia lupa melakukannya, cukup diingatkan dengan tenang.
  • Sampaikan apa yang Bunda harapkan dengan tegas dan jelas. Hargai ia dengan mendengarkan apa yang ingin ia katakan, namun tak semua hal bisa dinegosiasikan. 
  • Berikan batasan, baik soal waktu juga tempat. Misalnya, beri batasan waktu untuk menonton TV dan batasan jarak saat ia bermain bersama teman-temannya di luar rumah.
  • Jika si Kecil melanggar aturan yang Bunda terapkan, cukup ingatkan kembali soal aturan tersebut. Jika ia melakukannya lagi, tetaplah tenang dan jelaskan konsekuensi yang akan didapat jika ia tetap berlaku seperti itu.

Usia Sekolah

Teman merupakan segalanya bagi si Kecil. Wajar jika ia kemudian lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman dibanding keluarga. Ia sedang belajar untuk independen namun masih belajar membuat pilihan yang baik dan menerapkan disiplin diri. Ia sudah mengerti tentang aturan serta benar-salah, juga konsekuensi dari apa yang ia lakukan.

Strategi disiplin:

  • Jadilah orangtua yang merupakan figur otoritas. Ayah dan Bunda lah yang membuat aturan dan harus konsisten mengingatkan anak untuk menerapkannya. Namun orangtua juga harus menjadi panutan yang baik agar anak dapat mencontoh.
  • Karena si Kecil sudah bisa diajak bicara, sampaikan secara singkat dan jelas tentang aturan-aturan yang Bunda buat, berikut alasannya agar ia mudah mengerti.
  • Nyatakan ekspektasi Bunda terhadap si Kecil dengan jelas. Jelaskan juga tentang konsekuensi yang ia dapatkan saat melakukan sesuatu.
  • Negosiasi dan kompromi. Tak apa jika sesekali Bunda bernegosiasi atau berkompromi dengan si Kecil saat menyelesaikan masalah. Lakukan dengan tenang tanpa mengotot.

Jika cara-cara ini masih belum berhasil, Bunda bisa meminta bantuan dari pihak ketiga (guru atau psikolog anak) untuk membuat strategi disiplin bagi anak.